Beranda



Latar belakang Kegiatan

           Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau. Indonesia secara keseluruhan juga memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada yakni 81.000 km yang merupakan 14% dari garis pantai yang ada di seluruh dunia. Luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2, atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara Indonesia sehingga wilayah pesisir dan Lautan Indonesia dikenal sebagai Negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti Mangrove, Terumbu karang (Coral Reefs) dan Padang lamun (Seagrass).
                Mangrove, Terumbu karang (Coral Reefs) dan Padang Lamun (Seagraas) merupakan  ekosistem khas daerah tropis. Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999) sementara luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia mencapai lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998) sedangkan Lamun (seagrass) yang merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut dan beradaptasi secara penuh di perairan dengan salinitasnya cukup tinggi memiliki fungsi yang sangat besar terhadap kestabilan lingkungan. Dari 60 jenis lamun yang dikenal di dunia, Indonesia mempunyai sekitar 13 jenis lamun (Nontji,2010).
Sementara fakta menunjukkan, akibat dampak aktivitas pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir telah menyebabkan kerusakan dan penurunan luasan ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun di wilayah pesisir. Padahal ketiga jenis ekosistem ini sangat menentukan tingkat produktivitas perairan.  Selain menjadi sumber bahan organik dan bahan makanan  juga sebagai tempat pemijahan dan tempat berlangsungnya fase siklus hidup berbagai jenis biota laut ekonomis seperti udang, kepiting, bandeng, kerang, dan sebagainya. 
Di Indonesia kerusakan hutan bakau telah mencapai 1,6 juta hektar, sedangkan luas tambak hanya  sekitar 450.000 ha sedangkan Di Sulawesi Selatan dari 110.000 ha hutan bakau, yang tersisa 25% saja yang masih baik. Hilangnya hutan bakau tidak hanya disebabkan oleh dampak perluasan  tambak saja, tetapi juga akibat pengembangan pemukiman, industri, bahkan konversi menjadi lahan pertanian. Terumbu karang di Indonesia kurang lebih 85.707 Km2,  37,34 % berada dalam kondisi buruk, 24,26 % dalam kondisi buruk, dan hanya 5,32% kondisi sangat baik. Akibat kerusakan ekosistem essensial bagi biota laut  telah menyebabkan terganggunya siklus hidup, kegagalan survival dan rekrutment biota laut,  penurunan stok, yang terefleksi pada penurunan produksi perikanan, bahkan beberapa jenis sumberdaya biota laut semakin langka dan digolongkan dalam kondisi kritis. Diperkirakan sekitar 50% jenis biota laut mengalami degradasi stok pada tahun 2050 jika sumberdaya dan ekosistem pesisir tidak dikelola dengan baik. Seperti terumbu karang dan hutan bakau, kondisi padang lamun di Indonesia juga mengalami penurunan, terutama akibat aktivitas manusia, seperti reklamasi pantai, pencemaran, dan lain sebagainya Luas total padang lamun di Indonesia semula diperkirakan 30.000 Km2, tetapi diperkirakan kini telah menyusut 30-40 % (Nontji,2010). Dari data tersebut menyadarkan kita bahwa sumberdaya perairan di Indonesia yang beranekaragam mengalami ancaman degradasi akibat pemanfaatan yang tidak berkelanjutan. Olehnya diperlukan usaha yang teritegrasi dengan melibatkan Stakeholder terkait seperti Mahasiswa, Pemerintah, Swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat  untuk melakukan upaya mengembalikan kembali ekosistem pesisir dan laut yang terus mengalami degradasi.
HIMASUPERINDO (Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Se-Indonesia) merupakan sebuah organisasi yang dibentuk pada 12 Januari 2012 di Universitas Brawijaya Malang, terdiri dari Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Se-Indonesia yang bertujuan membantu pemerintah untuk mengelola kawasan pesisir dan laut Indonesia serta memberikan sumbangsih nyata bagi keilmuan dan kemasyarakatan dari segi potensi pengelolaan Perairan secara bekelanjutan. Olehnya HIMASUPERINDO bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Hasanuddin (HMP MSP KEMAPI FIKP UNHAS) menginisiatif untuk melaksanakan Kegiatan Mahasiswa Rehabilitasi Nasional Perairan 2012 “KEMAH REHABNAS 2012” dengan harapan melalui kegiatan tersebut dapat memperbaiki ekosistem yang terdegradasi serta menghasilkan pemikiran maupun inovasi-inovasi terbaru dalam melakukan rehabilitasi atau perbaikan kembali ekosistem yang mengalami degradasi.

Tidak ada komentar: